A.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Masalah
Mengelola pembelajaran tidaklah mudah karena
kita menjumpai bahwa kadang-kadang para siswa mengalami kesulitan dalam
belajarnya. Oleh karena itu Jaworski, B, dalam bukunya yang berjudul Investigating
Mathematics Teaching, menyatakan bahwa tidaklah ada cara yang tepat untuk
mengajar.[1]
Di sisi lain ditemukan fakta bahwa tidaklah mudah bagi pendidik untuk mengubah gaya mengajarnya.
Sementara kita dituntut, sebagai pendidik, untuk selalu menyesuaikan metode
pembelajaran kita sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman.
Oleh karena itu untuk menumbuhkan proses
pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga mampu mencapai tujuan yang
dicanangkan maka, dalam hal ini pemerintah telah melakukan peningkatan mutu
manajemen sekolah atau madrasah dengan mengadakan berbagai pelatihan dan
peningkatan kualifikasi pendidik dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
berbagai model dan strategi, sehingga memungkinkan peserta didik untuk selalu
aktif dalam hal belajar.[2]
Disamping itu pendidikan juga mencoba
melakukan inovasi pendidikan melalui pengembangan pendekatan pembelajaran,
model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik
pembelajaran serta taktik pembelajaran. Sehingga pada akhirnya pendidikan mampu
menghasilkan output dan outcame yang berkualitas.
Berangkat dari beberapa fakta diatas maka
dibawah ini akan dibahas mengenai “Pengembangan pendekatan pembelajaran, model
pembelajaran, dan strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik
pembelajaran, serta taktik pembelajaran”.
B.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Pendekatan,
Model, Strategi, Metode, Teknik, Dan Taktik Pembelajaran
Dalam proses
pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga
seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut
adalah: pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran;
teknik pembelajaran; taktik pembelajaran; dan model pembelajaran.[3]
Dibawah ini
akan dijelaskan beberapa istilah tersebut dengan harapan dapat memberikan
kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
a.
Pendekatan
Pembelajaran
Dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoritis tertentu.[4]
Artinya pendekatan merupakan suatu langkah awal untuk mengidentifikasi
kebutuhan pembelajaran baik dari pendidik ataupun peserta diidiknya. Yang
kemudian dari pendekatan tersebut dijabarkan pada model pembelajaran, strategi
atau metode pembelajaran, teknik pembelajaran serta taktik pembelajaran.
b.
Model
Pembelajaran
Model Pembelajaran ialah, pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun
tutorial. Menurut Arends yang dikutip dalam bukunya Agus Suprijono, menyebutkan
bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk
didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dan kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.[5]
c.
Strategi
Pembelajaran
Strategi adalah rancangan
serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu; sedangkan metode adalah
cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi. Dengan demikian
stretegi dan metode itu tidak bisa dipisahkan. Strategi dan metode pembelajaran
harus dirancang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.[6]
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien.[7]
d.
Metode
Pembelajaran
Metode merupakan upaya untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan
yang telah tersusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan, dengan kata lain metode adalah
cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.[8]
e.
Teknik
Pembelajaran
Teknik adalah cara yang dilakukan
seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Misalnya cara yang
harus dilakukan agar metode ceramah berjalan efektif dan efisien. Dengan
demikian, sebelum seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan
situasi dan kondisi. Misalnya, berceramah pada siang hari setelah makan siang
dengan jumlah siswa yang banyak tentu saja akan berbeda jika ceramah itu
dilakukan pada pagi hari dengan jumlah siswa yang terbatas.[9]
f.
Taktik
Pembelajaran
Taktik adalah gaya seseorang dalam
melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Taktik sifatnya lebih
individual walaupun dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah dalam
situasi dan kondisi yang sama sudah pasti mereka akan melakukannya dengan cara
yang berbeda, misalnya dalam taktik menggunakan ilustrasi atau menggunakan gaya
bahasa agar materi yang disampaikan mudah dipahami.[10]
Untuk memperjelas istilah-istilah tersebut
anda dapat melihat pada kerucut terbalik dibawah ini.[11]
|
2.
Pengembangan
Pendekatan Pembelajaran, Model Pembelajaran, Strategi Pembelajaran Metode
Pembelajaran dan Teknik Pembelajaran
a.
Pengembangan
Pendekatan Pembelajaran
Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan yaitu:[12]
1)
Teacher Centered Approaches, yaitu
pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru.
2)
Student Centered Approaches, yaitu
Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa.
b.
Pengembangan
Model Pembelajaran
1)
Model
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Model pembelajaran kontekstual
adalah proses pembelajaran yang pada hakikatnya adalah membantu pendidik atau
guru untuk mengaitkan materi yang diajarkannya dengan kehidupan nyata dan
memotivasi peserta didik atau siswa untuk mengaitkan pengetahuan yang dipelajari
dengan kehidupannya sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Jhonson, E.B
memberikan definisi CTL adalah proses pendidikan (pembelajaran) yang bertujuan
membantu siswa melihat makna dalam bahan yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari.
Dari definisi diatas, dapat
dijelaskan bahwa pembelajaran kontekstual
adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.[13]
2)
Pembelajaran Aktif
(Active Learning)
Pembelajaran aktif adalah suatu
proses pembelajaran dengan maksud untuk memberdayakan peserta didik agar
belajar dengan menggunakan berbagai cara atau strategi secara aktif. Dalam hal
ini proses aktifitas pembelajaran didominasi oleh peserta didik dengan
menggunakan otak untuk menemukan konsep dan memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, disamping itu juga untuk menyiapkan mental dan melatih keterampilan
fisiknya. Agar proses pembelajaran aktif bisa berjalan dengan baik, maka
pendidik sebagai penggerak belajar peserta didik dituntut untuk menggunakan
menggunakan dan menguasai strategi pembelajaran aktif. Strategi pembelajaran
aktif sangat diperlukan karena peserta didik mempunyai cara belajar yang
berbeda-beda. Disamping itu penggunaan strategi pembelajaran aktif bagi
pendidik adalah sangat membantu atau memudahkan dalam mengajar. Bagi pendidik
yang memiliki banyak jam mengajar.[14]
3)
Pembelajaran
kerjasama atau kelompok (Cooperative Learning)
Model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.
Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang
berbeda-beda (tinggi, sedang, rendah). Model pembelajaran kooperatif
mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan
model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan
siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta berkembangnya
keterampilan sosial.[15]
Peserta didik dalam proses belajar tidak hanya membutuhkan kerjasama dengan
temannya, bisa saja mereka memerlukan bantuan dengan pihak lain seperti;
pegawai sekolah atau madrasah, keluarga dan bahkan bekerjasama dengan pihak
lain yang dianggap mampu memberikan pengayaan pengalaman belajar peserta didik
guna penguasaan materi.[16]
4)
Pembelajaran
Tandur
Model
pembelajaran ini merupakan bagian dari model pembelajaran quantum teaching and
learning. Dalam model pembelajaran ini pendidik memiliki peran yang sangat
kompleks dalam proses belajar mengajar. Kepanjangan dari “tandur” dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1). Tumbuhkan; pendidik berusaha
semaksimal mungkin untuk dapat menummbuhkan minat dan bkat peserta didik.hal
ini bisa dilakukan dengan cara menunjukkan semua yang dipelajari adalah
bermanfaat bagi peserta didik, 2). Alami; pendidik berusaha menciptakan suasana
belajar yang benar-benar bisa dialami oleh peserta didik, baik secara individu
maupun kelompok. Pengalaman belajar ini bisa diciptakan oleh pendidik dengan
cara menerapkan berbagai jenis strategi pembelajaran yang dapat melibatkan
peserta didik baik secara langsung maupun tidak langsung, 3). Namai; pendidik
berusaha memberikan nama dari apa yang sudah dilakukan atau dipraktikkan oleh
peserta didik selama proses belajar mengajar telah berlangsung. Nama dari
aktivitas belajar diberikan setelah peserta didik melakukan atau
mempraktikkannya, dengan nama-nama istilah yang mudah diingat dan difahami oleh
peserta didik, 4). Demonstrasikan; pendidik berusaha memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menunjukkan kemampuannya secara demonstratif, baik
secara lisan, tulisan maupun gerakan-gerakan fisik (praktik memeragakan), 5).
Ulangi; pendidik berusaha memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengulangi materi pelajaran yang sudah dipelajari, atau semacam merefleksikan
ulang apa yang sudah diketahui oleh peserta didik, 6). Rayakan; pendidik
berusaha mengakui, menerima, dan memberikan penghargaan kepada peserta didik
atas jerih payah dari hasil usaha belajar mereka. Merayakan adalah sebagai
bukti rasa bersyukur bersama atas usaha yang telah dilakukan, sehingga
berdampak pada pemberian motivasi dan semangat yang menyenangkan kepada peserta
didik.[17]
5)
Pembelajaran
Portofolio
Portofolio
sebagai suatu benda fisik, memiliki arti kumpulan dan dokumentasi hasil
pekerjaan peserta didik yang disimpan dalam suatu bendel. Portofolio sebagai
sebuah model pembelajaran, memiliki arti dan upaya yang dilakukan oleh pendidik
dalam rangka memecahkan sebuah permasalahan sebagai bagian dari pembahasan
materi atau tema tertentu, kemudian didokumentasikan secara tertulis dalam
bentuk laporan dan dipresentasikan. Untuk membahas sebbuah permasalahan sebagai
bagian dari pembahasan materi atau tema, tahapan kegiatan yang dilakukan oleh
peserta didik dalam pembelajaran berbasis portofolio ini adalah mengamati,
mencatat dan mengolah data, menyimpulkan, membuat pertimbangan, membuat
keputusan, memilih, dan merencanakan tindakan. Dalam belajar berbasisi
portiofolio ini peserta didik bisa mengerjakannya secara berkelompok.
Masing-masing kelompok mendiskusikan tentang masalah apa saja yang bisa
diangkat untuk dibahas, kemudian setelah masing-masing kelompok menemukan beberapa
masalah yang dianggap penting, selanjutnya dipilih untuk disepakati. Setelah
masing-masing kelompok mendapat tugas kemudian mereka mencari informasi
diberbagai sumber tokoh masyarakat, buku, koran, majalah dan lain sebagainya,
kemudian didiskusikan dan dibahas di kelompoknya masing-masing, setelah itu
ditulis dalam bentuk laporan portofolio lengkap dengan lampiran-lampirnnya, dan
dipresentasikan didepan kelas. Esensinya bahwa melalui model ini lingkungan
belajar yakni keluarga dan masyarakat dijadikan laboratorium dan sumber
belajar. Dengan demikian peserta didik dalam belajar PAI dilaksanakan secara
terpadu yakni melibatkan lingkungan, keluarga, dan masyarakat sebagai sumber belajar
yang riil.[18]
c.
Pengembangan Strategi
Pembelajaran
1)
Starategi
Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori
adalah strategi pembelajaran yang yang menekankan pada proses penyampaian
materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud
agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.[19] Strategi
pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang
berorientasi kepada guru (teachher centered approach), sebab dalam
strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru
menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur. Diharapkan apa yang
disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini
adalah kemampuan akademik (academic achievement) siswa, Metode yang
sering digunakan untuk mengaplikasikan strategi ini adalah metode ceramah.[20]
2)
Strategi
Pembelajaran Penyampaian (Exposition)
Strategi pembelajaran yang
dilakukan dengan cara bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi
dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Misalkan untuk mencapai
kompetensi agar siswa mampu menyebutkan hari dan tanggal kemerdekaan Indonesia,
maka strategy exposition lebih tepat, karena materi yang harus
dikuasai adalah materi yang jadi dan pasti.[21]
3)
Strategi
Pembelajaran Penemuan (Discovery)
Strategi pembelajaran yang
dilakukan dengan cara bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa
melalui berbagai aktivitas. Misalkan untuk mencapai kompetensi agar siswa mampu
mendeskripsikan peristiwa yang melatarbelakangi munculnya proklamasi kemerdekaan,
maka strategy discovery akan lebih cocok untuk digunakan, karena untuk
mencapai kemampuan tersebut diperlukan upaya siswa untuk menyerap berbagai
informasi.[22]
4)
Strategi
Pembelajaran Inkuiri
Strategi pembelajaran inkuiri
merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada proses mencari dan
menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung, peran siswa dalam
strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan
guru berperen sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.[23]
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui
tanya-jawab antara guru dan siswa. Strategi ini juga sering dinamakan strategi heuristic,
yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heureiskein yang berarti saya
menemukan.[24]
d.
Pengembangan Metode dan
Teknik Pembelajaran
1)
Mengkritisi
Pengalaman Penting (Critical Incident)
Metode ini digunakan oleh pendidik
dengan maksud mengajak peserta didik untuk mengingat-ingat pengalaman yang
pernah dijumpai atau dialami sendiri kemudian dikaitkan dengan materi bahasan.
(a)
Teknik pelaksanaan metode ini
adalah sebagai berikut:
(1)
Pendidik menyampaikan topik apa
yang akan dipelajari pada pertemuan kali ini.
(2)
Memberikan kesempatn kepada peserta
didik untuk mengingat-ingat pengalaman mereka yang tidak terlupakan berkaitan
dengan materi yang sedang dipelajari.
(3)
Tanyankan pengalaman apa yang tidak
pernah terlupakan, kepada peserta didik, agar terlatih keberaniannya
(4)
Sampaikan perkuliahan dengan
mengaitkan pengalaman peserta didik tersebut.[25]
2)
Mengomentari
Gambar (Poster Comment)
Metode yang digunakan pendidik
dengan maksud mengajak peserta didik untuk memunculkan ide apa yang terkandung
dalam suatu gambar. Gambar tersebut tentu saja berkaitan dengan pencapaian
suatu kompetensi dalam pembelajaran
(a)
Teknik pelaksanaan metode ini adalah
sebagai berikut:
(1)
Pendidik menyediakan potongan
gambar yang dihubungkan dengan materi bahasan tanpa ada tulisan apapun dalam
gambar tersebut.
(2)
Peserta didik disuruh berkomentar
dengan bebas secara bergiliran, kira-kira ide apa yang akan dimunculkan setelah
melihat gambar tersebut,
(3)
Peserta didik boleh mengeluarkan
pendapat yang berbeda, karena pikiran manusia juga berbeda-beda.
(4)
Pendidik sudah mempersipkan rumusan
jawaban yang tepat mengenai gambar tersebut, sehingga peserta didik merasa
dapat penjelasan sekaligus dapat juga menyaksikan gambarnya.[26]
3)
Mencari Pasangan
Jawaban (Index Card Matc)
Metode yang digunakan pendidik
dengan dengan maksud mengajak peserta didik untuk menemukan jawaban yang paling
cocok dengan pertanyaan yang sudah disiapkan.
(a)
Teknik pelaksanaan metode ini
adalah sebagai berikut:
(1)
Siapkan materi yang sudah
dipelajari dirumah, atau yang sudah pernah dialami sebagai pengalaman.
(2)
Buatlah potongan kertas sejumlah
peserta didik dikelas, yang berisi tentang pertanyaan dan jawaban.
(3)
Potongan kertas berisi pertanyaan
dibagikan kepada separuh jumlah peserta didik, dan yang berisi jawaban juga
dibagikan kepada separuh jumlah peserta didik yang hadir.
(4)
Peserta didik disuruh mencari pasangan
soal dan jawabannya, setelah ketemu suruh mereka duduk berdekatan. Dan mulailah
satu persatu membacakan atau mencocokkan soal dan jawabannya, yang lain
mendengarkan barangkali ada kekeliruan pasangan.
(5)
Pendidik mengoreksi dengan cara
mendengarkan dan sekaligus menjelaskan bahwa strategi ini sebagai latihan
persiapan ujian akhir atau ulangan.[27]
4)
Mensortir
Kartu (Card Sort)
Metode yang digunakan pendidik
dengan maksud mengajak peserta didik untuk menemukan konsep dan fakta melalui
klasifikasi materi yang dibahas dalam pembelajaran.
(a)
Teknik pelaksanaan metode ini
adalah sebagai berikut:
(1)
Bagikan kertas yang bertuliskan
informasi atau kategori tertentu secara acak.
(2)
Tempelkan kategori utama dipapan
atau dikertas pada dinding kelas.
(3)
Mintalah peserta didik untuk
mencari temannya yang memiliki kertas atau kartu yang berisi tulisan yang sama untuk
membentuk kelompok dan mendiskusikannya.
(4)
Mintalah mereka untuk
mempresentasikannya.[28]
5)
Peta Konsep (Concept
Mapping)
Metode ini digunakan oleh pendidik
dengan maksud meminta peserta didik untuk membuat konsep atau kata-kata kunci
dari suatu pokok persoalan sebagai rumusan inti pelajaran.
(a)
Teknik pelaksanaan metode ini
adalah sebagai berikut:
(1)
Tentukan topik bahasan hari ini
(2)
Suruh peserta didik membaca buku
teks yang berhubungan dengan topik bahasan.
(3)
Kemudian peserta didik diminta
membuat rumusan kesimpulan atau konsep kalimat dalam beberapa paragraf sebagai
kesimpulan penting, atau dalam bentuk peta, skema, bagan yang dapat digunakan
untuk menjelaskan kesimpulan dari isi bacaan teks tersebut.
(4)
Pendidik sudah mempersiapkannya
dirumah untuk dikonfirmasi
dengan hasil buatan peserta didik.[29]
6)
Jigsaw
Metode kerja kelompok yang terstruktur didasarkan
pada kerja sama dan tanggung jawab. Strategi ini menjamin setiap peserta didik
memikul suatu tanggung jawab yang siknifikan dalam kelompok.
(a)
Teknik pelaksanaan metode ini
adalah sebagai berikut:
(1)
Kelas diatur kedalam sejumlah
kelompok pangkalan dengan kira-kira enam anggota masing-masing.
(2)
Tugas dibagi kedalam jumlah bagian
yang sama dengan topik yang berbeda-beda.
(3)
Didalam tiap kelompok pangkalan,
setiap peserta didik meneliti satu dari isu atau pertanyaan yang berbeda-beda
itu.
(4)
Kelompok menugaskan tugas khusus
untuk anggota-anggota kelompok pangkalan atau membiarkan kelompok berrunding
diantara mereka mengenai siapa yang akan melakukan apa.
(5)
Apa hasil kesimpulan dari
masing-masing topik bacaan tersebut, setelah selesai meneliti dan membacanya.
Kemudian peserta didik disuruh menguraikan atau membacakan.[30]
7)
Curah Pendapat
(Brainstorming) dan Seleksi Pendapat (Elisitasi)
Metode ini digunakan pendidik dengan maksud
meminta peserta didik untuk mencurahkan pendapatnya atau memunculkan ide
gagasan secara lisan. Curah pendapat dapat menjadi pembuka dari sejumlah
kegiatan. Kegiatan ini perlu dikendalikan oleh pendidik tetapi tidak membatasi
semua gagasan atau pendapat yang muncul dari peserta didik, kemudian
dielisitasi atau dipilih jawabannya yang dianggap benar dan cocok.
(a)
Teknik pelaksanaan metode ini
adalah sebagai berikut:
(1)
Mulailah dengan mengajukan suatu
ide atau gagasan.
(2)
Peserta didik diminta menuangkan
pendapatnya dengan cara menuliskan beberapa kata atau kalimat penting dipapan
tulis, benar atau salah ditulis saja.
(3)
Setelah ditemukan jawaban dari
semua siswa, kemudian siswa diminta untuk menentukan atau mengkategorisasikan
manakah dari gagasan-gagasan ini yang disetujui dan tidak disetujui dan
mengapa?.
(4)
Pendidik atau guru sudah memiliki
kata kunci jawaban.[31]
8)
Mencari
Informasi (Informasi Research)
Metode yang digunakan oleh guru dengan maksud
meminta peserta didik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan baik
oleh pendidik maupun peserta didik sendiri, kemudian mencari informasi
jawabannya lewat membaca untuk menemukan informasi yang akurat.
(a)
Teknik pelaksanaan metode ini
adalah sebagai berikut:
(1)
Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang
dapat dijawab dengan cara mencari informasi dari sumber belajar.
(2)
Bagikan pertanyaan tersebut kepada
peserta didik untuk dicarai jawaban informasinya lewat sumber belajar.
(3)
Sumber belajar bisa berupa buku
teks (koran, majalah, televisi, radio, internet, komputer dan lain-lain).
(4)
Informasi yang akan dicari
diusahakan berkenaan dengan hal-hal yang berhubungan dengan sikap dan perilaku
kehidupan sehari-hari.
(5)
Peserta didik disuruh menjawab
dengan cara kompetisi dan saling melengkapi.
(6)
Pendidik memberi respon terhadap
jawaban-jawaban siswa.[32]
9)
Debat Aktif (Active
Debate)
Metode ini dapat mendorong pemikiran dan
perenungan terutama kalau peserta didik diharapkan mempertahankan pendapat yang
bertentangan dengan keyakinannya sendiri.
(a)
Teknik pelaksanaan metode ini
adalah sebagai berikut:
(1)
Siapkan sebuah pernyataan yang
kontoversial.
(2)
Bagi kelas dalam dua tim (pro dan
kontra) dapat dikembangkan menjadi lebih dari dua sub kelompok.
(3)
Minta setiap juru bicara
masing-masing kelompok untuk memaparkan argumentasinya (argumentasi pembuka).
(4)
Setelah argumentasi pembuka,
hentikan debat dan kembali ke sub kelompok. Setiap sub kelompok memilih
jubirnya dan usahakan bergantian (baru).
(5)
Lanjutkan kembali debat yang lain
dapat memberikan catatan untuk mendukung argumentasi kelompoknya.
(6)
Pada saat yang tepat akhiri debat.
Tidak perlu menentukan kelompok mana yang menang.
(7)
Minta pada peserta didik untuk
mengidentifikasi argumen yang paling baik menurut mereka.[33]
10)
Semua Adalah
Pendidik Atau Guru (Every One Is Teacher here)
Metode yang digunakan oleh pendidik dengan
maksud meminta peserta didik untuk semuanya berperan menjadi narasumber
terhadap sesama temannya dikelas belajar.
(a)
Teknik pelaksanaan metode ini
adalah sebagai berikut:
(1)
Berikan bahan bacaan dan minta
peserta untuk membaca bacaan tersebut.
(2)
Mintalah setiap peserta untuk
membuat pertanyaan dari bahan tersebut dan ditulis dikertas.
(3)
Kocoklah kertas pertanyaan
tersebut, lalu bagikan kembali kepada semua peserta.
(4)
Mintalah peserta untuk membaca
dalam hati sambil memikirkan jawabannya dari pertanyaan tersebut.
(5)
Panggil secara bergantian peserta
untuk membaca pertanyaan dan jawabannya dari pertanyaan tersebut.
(6)
Minta peserta lain untuk memberi
jawaban.[34]
11)
Berpikir-Berpasangan-Bertempat
(Think-Pair-Share)
Metode Think-Pair-Share dikembangkan
oleh Frank Lyman dan Spencer Kagan. Metode ini memberi siswa kesempatan untuk
bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari
metode ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang
memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas.
(a)
Teknik pelaksanaan metode ini
adalah sebagai berikut:
(1)
Guru membagi siswa dalam kelompok
berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok.
(2)
Setiap siswa memikirkan dan
mengerjakan tugas tersebut sendiri.
(3)
Siswa berpasangan dengan salah satu
rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya.
(4)
Kedua pasangan bertemu kembali
dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil
kerjanya kepada kelompok berempat.[35]
12)
Mencari
Pasangan (Make a Match)
Metode ini
dikembangkan oleh Lorna Curran, Make a Match merupakan metode belajar
dimana siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik
dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran, dan untuk semua tingkatan.
(a)
Teknik pelaksanaan metode ini
adalah sebagai berikut:
(1)
Guru menyiapkan beberapa kartu yang
berisi beberapa konsep atau topik, yang mungkin cocok untuk sesi review
(persiapan jelang tes atau ujian).
(2)
Setiap siswa mendapat satu buah
kartu.
(3)
Setiap siswa mencari pasangan yang
mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya pemegang kartu yang
bertuliskan nama Kofiannan kan berpasangan dengan pemegang kartu sekertaris
jenderal PBB.
(4)
Siswa juga bisa bergabung dengan
dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok. Misalnya, pemegang
kartu 3+9 akan membentuk kelompok dengan pemegang kartu 3X4 dan 6X2[36]
13)
Metode ceramah
adalah
penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini senantiasa bagus bila
pengunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung alat dan media serta
memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunannya.[37]
(a)
Teknik pelaksanaan metode ini
adalah sebagai berikut:
Tahap persiapan
(1) Merumuskan
tujuan yang ingin dicapai
Merumuskan tujuan adalah langkah awal yang
harus dilakukan seorang guru. Apa yang harus dikuasai siswa setelah ceramah
berakhir.
(2) Menentukan
pokok-pokok materi yang akan diceramahkan.
Keberhasilan ceramah tergantung penguasaan guru pada materi yang akan disampaikan. Oleh karena itu guru harus mempersiapkan pokok-pokok materi yang akan disampaikan.
Keberhasilan ceramah tergantung penguasaan guru pada materi yang akan disampaikan. Oleh karena itu guru harus mempersiapkan pokok-pokok materi yang akan disampaikan.
(3) Menyiapkan
alat bantu
Alat bantu sangat diperlukan untuk menghindari
kesalahan persepsi siswa. Misalnya dengan mempersiapkan transparansi.
Tahap pelaksanaan
(1)
Pembukaan
(a)
Meyakinkan bahwa siswa memahami tujuan yang
akan dicapai. Oleh karena itu guru perlu mengemukakan tujuan yang perlu dicapai
oleh siswa.
(b)
Melakukan langkah apersepsi, yaitu menghubungkan
materi pelajaran yang lalu dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Hal
ini dilakukan untuk mempersipakan mental siswa agar siap dan mampu menerima
pelajaran secara baik.
(2)
Penyajian
(a)
Menjaga kontak mata secara terus menerus
dengan siswa. Kontak mata adalah isyarat dari guru agar siswa mau
memperhatikan.
(b)
Menggunakan bahasa yang komunikatif dan mudah
dicerna oleh siswa.
(c)
Menyajikan materi secara sistematis agar mudah
difahami siswa.
(d)
Menanggapi respon siswa dengan segera.
(e)
Menjaga agar kelas tetap kondusif dan
menggairahkan untuk belajar.
(3) Penutupan
(a)
Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan atau
merangkum materi pelajaran yang baru saja disampaikan.
(b)
Merangsang siswa untuk dapat menanggapi atau
memberi semacam ulasan tentang materi pembelajaran yang telah disampaikan.
(c)
Melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan
siswa menguasai materi pembelajaran yang baru saja disampaikan.[38]
e.
Pengembangan
Taktik Pembelajaran
Taktik pembelajaran bisa
dikembangkan sendiri oleh setiap guru mata pelajaran yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi pada setiap masing-masing kelas.
f.
Konsep
Pengembangan Pembelajaran
C.
ANALISIS
Pengembangan dalam proses pembelajaran memang
sangat perlu dilaksanakan, seiring dengan berkembang dan majunya sistem
pendidikan, kita harus bisa menyesuaikan diri dengan cara melakukan beberapa
pembaharuan dalam proses atau kegiatan belajar mengajar dengan mengembangkan
sistem pembelajaran diantaranya adalah pendekatan, model, strategi, metode,
teknik dan taktik pembelajaran.
Adapun pendekatan, model, strategi,
metode, teknik dan taktik pembelajaran, sangat berragam macamnya sehingga
seorang pendidik harus mampu menentukan mana yang paling tepat digunakan dan
sesuai dengan keadaan peserta didik, sehingga kelak tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya dapat tercapai dan proses belajar mengajar bisa berjalan
dengan lancar dan effisien.
Menurut penulis pendekatan yang
paling cocok untuk digunakan pada saat ini adalah Student Centered
Approaches, mengingat pendekatan merupakan hal pokok yang harus ditentukan
terlebih dahulu sebelum yang lainnya. Pendekatan ini memang sangat cocok
digunakan untuk mengembangkan potensi akademik peserta didik, tapi pada
kenyatannya masih banyak lembaga pendidikan yang masih menggunakan pendekatan Teacher
Centered Approaches, dimana pada pendekatan ini guru lebih banyak
berperan dalam proses pembelajaran sedangkan peserta didik lebih banyak
menerima atau lebih pasif. Karena pendekatan ini memang cenderung kearah pendekatan
yang tradisional dan metode yang sering digunakan pun metode ceramah. Akan
tetapi meskipun metode ini terkesan tradisional pendidik masih bisa
mengkombinasikannya dengan beberapa strategi dan metode pembelajaran yang
bermacam-macam sehingga meskipun terkesan kuno, tradisional tetapi suasana
belajar bisa menjadi lebih hidup dan tujuan belajar pun bisa dicapai secara
maksimal.
D.
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan
bahwa:
1.
Pendekatan merupakan suatu langkah
awal untuk mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran baik dari pendidik ataupun
peserta diidiknya, model pembelajaran ialah, pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial, strategi
adalah rancangan serangkaian kegiatan untuk menapai tujuan tertentu; sedangkan
metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi, teknik
adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu
metode, dan taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau
metode tertentu.
2.
Untuk melakukan pengembangan dalam
proses pembelajaran dapat dilakukan melalui pengembangan pedekatan yang
digunakan, selanjutnya menentukan sebuah model yang sesuai dan merumuskan
strategi yang tepat sesuai pendekatan yang digunakan. Sedangkan bagaimana
menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran, dalam
upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang
dianggapnya relevan dengan metode dan dalam menggunakan teknik itu setiap guru
memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan guru yang
lainnya.
DAFTAR RUJUKAN
Administrator1, Metode Pembelajaran Ceramah, (http://www.google.com,
diakses tanggal 18 November 2011)
Arini, Model-Pembelajaran-Kooperatif,
(http://www.google.com,
diakses pada tanggal 17 Nopember 2011)
B, Jaworski,
1994, Investigating Mathematics
Teaching: A Constructivist Enquiry, London: The Falmer Press
Direktorat Tenaga
Kependidikan Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
Departemen Pendidikan Nasional, Strategi
Pembelajaran dan Pemilihannya-PDF, (http://www.google.com,
diakses pada tanggal 17 Nopember 2011)
Geer, Kaje Pengertian
Model, Strategi, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran, (http://www.google.com,
diakses pada tanggal: 17 Nopember 2011)
Lie, Anita,
2002, Cooperative Learning, Jakarta: Grasindo
Sanjaya, Wina,
2005, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Jakarta: Kencana Prenada Media
Sanjaya,
Wina, 2009, Perencanaan dan Desain
Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Subhani, Armin, Metode Pembelajaran
Ceramah, blog-spot.html, diakses pada tanggal 18 November 2011
Sudrajat, Akhmad,
Metodelogi Pembelalajaran (Pengertian
Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran),
(http://www.google.com,
diakses tanggal: 17 Nopember 2011)
Suprijono, Agus,
2009, Cooperative Learning Teori dan
aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Yasin, Fatah,
2008, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, Malang: UIN Malang Press
[1]
Jaworski, B, Investigating Mathematics
Teaching: A Constructivist Enquiry, (London: The Falmer Press, 1994), hlm.
83
[2] Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan
Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm. 163-164
[3] Akhmad Sudrajat, Metodelogi Pembelalajaran
(Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode,
Teknik, dan Model Pembelajaran), (http://www.google.com,
diakses tanggal: 17 Nopember 2011)
[4] Ibid.,
[5] Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori
dan aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 46
[6] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain
Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 61
[7] Akhmad Sudrajat, loc.cit
[8] Direktorat Tenaga
Kependidikan Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
Departemen Pendidikan Nasional, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya-PDF, (http://www.google.com,
diakses pada tanggal 17 Nopember 2011)
[9] Ibid.,
[10] Ibid.,
[11] Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2005), hlm. 101
[12] Ibid., hlm. 100
[13] Fatah Yasin, loc.cit, hlm. 165
[14] Ibid., hlm. 181-182
[15] Arini, Model-Pembelajaran-Kooperatif, (http://www.google.com,
diakses pada tanggal 17 Nopember 2011)
[17] Ibid., 171-172
[18] Ibid., 173-176
[19] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain
Pembelajaran, loc.cit, hlm. 189
[20]
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, op.cit, hlm. 106
[21] Ibid., 104-105
[22] Ibid., hlm. 105
[23] Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Peningkatan Mutu
Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, loc.cit
[24] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain
Pembelajaran, loc.cit, hlm. 191
[25] Fatah Yasin, loc.cit, hlm. 182
[26] Ibid., hlm. 183-184
[27] Ibid., hlm. 184-185
[28] Ibid., hlm. 185
[29] Ibid., hlm. 187
[30] Ibid., hlm. 187-188
[31] Ibid., hlm. 188-189
[32] Ibid., hlm. 189
[33] Ibid., hlm. 189-90
[34] Ibid., hlm. 190-191
[35] Anita Lie, Cooperative Learning, (Jakarta:
Grasindo, 2002), hlm. 57-58
[36] Ibid., hlm. 55-56
[37] Administrator#1, Metode Pembelajaran
Ceramah, (http://www.google.com,
diakses tanggal 18 februari 2011)
[38] Armin Subhani, Metode Pembelajaran
Ceramah, (Blog-spot.html, diakses pada tanggal 18 November 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar