Kamis, 23 Agustus 2012

metodelogi pembelajaran

A.    PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang Masalah
Mengelola pembelajaran tidaklah mudah karena kita menjumpai bahwa kadang-kadang para siswa mengalami kesulitan dalam belajarnya. Oleh karena itu Jaworski, B, dalam bukunya yang berjudul Investigating Mathematics Teaching, menyatakan bahwa tidaklah ada cara yang tepat untuk mengajar.[1] Di sisi lain ditemukan fakta bahwa tidaklah mudah bagi  pendidik untuk mengubah gaya mengajarnya. Sementara kita dituntut, sebagai pendidik, untuk selalu menyesuaikan metode pembelajaran kita sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman.
Oleh karena itu untuk menumbuhkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga mampu mencapai tujuan yang dicanangkan maka, dalam hal ini pemerintah telah melakukan peningkatan mutu manajemen sekolah atau madrasah dengan mengadakan berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi pendidik dalam proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai model dan strategi, sehingga memungkinkan peserta didik untuk selalu aktif dalam hal belajar.[2]
Disamping itu pendidikan juga mencoba melakukan inovasi pendidikan melalui pengembangan pendekatan pembelajaran, model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran serta taktik pembelajaran. Sehingga pada akhirnya pendidikan mampu menghasilkan output dan outcame yang berkualitas.
Berangkat dari beberapa fakta diatas maka dibawah ini akan dibahas mengenai “Pengembangan pendekatan pembelajaran, model pembelajaran, dan strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, serta taktik pembelajaran”.       


B.     PEMBAHASAN
1.    Pengertian Pendekatan, Model, Strategi, Metode, Teknik, Dan Taktik Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran; teknik pembelajaran; taktik pembelajaran; dan model pembelajaran.[3]
Dibawah ini akan dijelaskan beberapa istilah tersebut dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
a.    Pendekatan Pembelajaran
Dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.[4] Artinya pendekatan merupakan suatu langkah awal untuk mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran baik dari pendidik ataupun peserta diidiknya. Yang kemudian dari pendekatan tersebut dijabarkan pada model pembelajaran, strategi atau metode pembelajaran, teknik pembelajaran serta taktik pembelajaran.
b.   Model Pembelajaran
Model Pembelajaran ialah, pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial. Menurut Arends yang dikutip dalam bukunya Agus Suprijono, menyebutkan bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dan kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.[5] 
c.    Strategi Pembelajaran
Strategi adalah rancangan serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu; sedangkan metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi. Dengan demikian stretegi dan metode itu tidak bisa dipisahkan. Strategi dan metode pembelajaran harus dirancang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.[6]
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.[7]
d.   Metode Pembelajaran
Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah tersusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan, dengan kata lain metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.[8] 
e.    Teknik Pembelajaran
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Misalnya cara yang harus dilakukan agar metode ceramah berjalan efektif dan efisien. Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan situasi dan kondisi. Misalnya, berceramah pada siang hari setelah makan siang dengan jumlah siswa yang banyak tentu saja akan berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi hari dengan jumlah siswa yang terbatas.[9]
f.     Taktik Pembelajaran
Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Taktik sifatnya lebih individual walaupun dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama sudah pasti mereka akan melakukannya dengan cara yang berbeda, misalnya dalam taktik menggunakan ilustrasi atau menggunakan gaya bahasa agar materi yang disampaikan mudah dipahami.[10]    
Untuk memperjelas istilah-istilah tersebut anda dapat melihat pada kerucut terbalik dibawah ini.[11]








2.    Pengembangan Pendekatan Pembelajaran, Model Pembelajaran, Strategi Pembelajaran Metode Pembelajaran dan Teknik Pembelajaran
a.    Pengembangan Pendekatan Pembelajaran
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan yaitu:[12]
1)   Teacher Centered Approaches, yaitu pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru.
2)   Student Centered Approaches, yaitu Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa.


b.   Pengembangan Model Pembelajaran
1)   Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Model pembelajaran kontekstual adalah proses pembelajaran yang pada hakikatnya adalah membantu pendidik atau guru untuk mengaitkan materi yang diajarkannya dengan kehidupan nyata dan memotivasi peserta didik atau siswa untuk mengaitkan pengetahuan yang dipelajari dengan kehidupannya sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Jhonson, E.B memberikan definisi CTL adalah proses pendidikan (pembelajaran) yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari.
Dari definisi diatas, dapat dijelaskan bahwa pembelajaran kontekstual  adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.[13]   
2)   Pembelajaran Aktif (Active Learning)
Pembelajaran aktif adalah suatu proses pembelajaran dengan maksud untuk memberdayakan peserta didik agar belajar dengan menggunakan berbagai cara atau strategi secara aktif. Dalam hal ini proses aktifitas pembelajaran didominasi oleh peserta didik dengan menggunakan otak untuk menemukan konsep dan memecahkan masalah yang sedang dipelajari, disamping itu juga untuk menyiapkan mental dan melatih keterampilan fisiknya. Agar proses pembelajaran aktif bisa berjalan dengan baik, maka pendidik sebagai penggerak belajar peserta didik dituntut untuk menggunakan menggunakan dan menguasai strategi pembelajaran aktif. Strategi pembelajaran aktif sangat diperlukan karena peserta didik mempunyai cara belajar yang berbeda-beda. Disamping itu penggunaan strategi pembelajaran aktif bagi pendidik adalah sangat membantu atau memudahkan dalam mengajar. Bagi pendidik yang memiliki banyak jam mengajar.[14]    
3)   Pembelajaran kerjasama atau kelompok (Cooperative Learning)
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta berkembangnya keterampilan sosial.[15] Peserta didik dalam proses belajar tidak hanya membutuhkan kerjasama dengan temannya, bisa saja mereka memerlukan bantuan dengan pihak lain seperti; pegawai sekolah atau madrasah, keluarga dan bahkan bekerjasama dengan pihak lain yang dianggap mampu memberikan pengayaan pengalaman belajar peserta didik guna penguasaan materi.[16]
4)   Pembelajaran Tandur
Model pembelajaran ini merupakan bagian dari model pembelajaran quantum teaching and learning. Dalam model pembelajaran ini pendidik memiliki peran yang sangat kompleks dalam proses belajar mengajar. Kepanjangan dari “tandur” dapat dijelaskan sebagai berikut:
1). Tumbuhkan; pendidik berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menummbuhkan minat dan bkat peserta didik.hal ini bisa dilakukan dengan cara menunjukkan semua yang dipelajari adalah bermanfaat bagi peserta didik, 2). Alami; pendidik berusaha menciptakan suasana belajar yang benar-benar bisa dialami oleh peserta didik, baik secara individu maupun kelompok. Pengalaman belajar ini bisa diciptakan oleh pendidik dengan cara menerapkan berbagai jenis strategi pembelajaran yang dapat melibatkan peserta didik baik secara langsung maupun tidak langsung, 3). Namai; pendidik berusaha memberikan nama dari apa yang sudah dilakukan atau dipraktikkan oleh peserta didik selama proses belajar mengajar telah berlangsung. Nama dari aktivitas belajar diberikan setelah peserta didik melakukan atau mempraktikkannya, dengan nama-nama istilah yang mudah diingat dan difahami oleh peserta didik, 4). Demonstrasikan; pendidik berusaha memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan kemampuannya secara demonstratif, baik secara lisan, tulisan maupun gerakan-gerakan fisik (praktik memeragakan), 5). Ulangi; pendidik berusaha memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengulangi materi pelajaran yang sudah dipelajari, atau semacam merefleksikan ulang apa yang sudah diketahui oleh peserta didik, 6). Rayakan; pendidik berusaha mengakui, menerima, dan memberikan penghargaan kepada peserta didik atas jerih payah dari hasil usaha belajar mereka. Merayakan adalah sebagai bukti rasa bersyukur bersama atas usaha yang telah dilakukan, sehingga berdampak pada pemberian motivasi dan semangat yang menyenangkan kepada peserta didik.[17]         
5)   Pembelajaran Portofolio
Portofolio sebagai suatu benda fisik, memiliki arti kumpulan dan dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan dalam suatu bendel. Portofolio sebagai sebuah model pembelajaran, memiliki arti dan upaya yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka memecahkan sebuah permasalahan sebagai bagian dari pembahasan materi atau tema tertentu, kemudian didokumentasikan secara tertulis dalam bentuk laporan dan dipresentasikan. Untuk membahas sebbuah permasalahan sebagai bagian dari pembahasan materi atau tema, tahapan kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dalam pembelajaran berbasis portofolio ini adalah mengamati, mencatat dan mengolah data, menyimpulkan, membuat pertimbangan, membuat keputusan, memilih, dan merencanakan tindakan. Dalam belajar berbasisi portiofolio ini peserta didik bisa mengerjakannya secara berkelompok. Masing-masing kelompok mendiskusikan tentang masalah apa saja yang bisa diangkat untuk dibahas, kemudian setelah masing-masing kelompok menemukan beberapa masalah yang dianggap penting, selanjutnya dipilih untuk disepakati. Setelah masing-masing kelompok mendapat tugas kemudian mereka mencari informasi diberbagai sumber tokoh masyarakat, buku, koran, majalah dan lain sebagainya, kemudian didiskusikan dan dibahas di kelompoknya masing-masing, setelah itu ditulis dalam bentuk laporan portofolio lengkap dengan lampiran-lampirnnya, dan dipresentasikan didepan kelas. Esensinya bahwa melalui model ini lingkungan belajar yakni keluarga dan masyarakat dijadikan laboratorium dan sumber belajar. Dengan demikian peserta didik dalam belajar PAI dilaksanakan secara terpadu yakni melibatkan lingkungan, keluarga, dan masyarakat sebagai sumber belajar yang riil.[18]     
          
c.    Pengembangan Strategi Pembelajaran
1)   Starategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang yang menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.[19] Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teachher centered approach), sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur. Diharapkan apa yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik (academic achievement) siswa, Metode yang sering digunakan untuk mengaplikasikan strategi ini adalah metode ceramah.[20]
2)   Strategi Pembelajaran Penyampaian (Exposition)
Strategi pembelajaran yang dilakukan dengan cara bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Misalkan untuk mencapai kompetensi agar siswa mampu menyebutkan hari dan tanggal kemerdekaan Indonesia, maka strategy exposition lebih tepat, karena materi yang harus dikuasai adalah materi yang jadi dan pasti.[21]    
3)   Strategi Pembelajaran Penemuan (Discovery)
Strategi pembelajaran yang dilakukan dengan cara bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas. Misalkan untuk mencapai kompetensi agar siswa mampu mendeskripsikan peristiwa yang melatarbelakangi munculnya proklamasi kemerdekaan, maka strategy discovery akan lebih cocok untuk digunakan, karena untuk mencapai kemampuan tersebut diperlukan upaya siswa untuk menyerap berbagai informasi.[22]  
4)   Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung, peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperen sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.[23] Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya-jawab antara guru dan siswa. Strategi ini juga sering dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heureiskein yang berarti saya menemukan.[24]       

d.   Pengembangan Metode dan Teknik Pembelajaran
1)   Mengkritisi Pengalaman Penting (Critical Incident)
Metode ini digunakan oleh pendidik dengan maksud mengajak peserta didik untuk mengingat-ingat pengalaman yang pernah dijumpai atau dialami sendiri kemudian dikaitkan dengan materi bahasan.
(a) Teknik pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut:
(1) Pendidik menyampaikan topik apa yang akan dipelajari pada pertemuan kali ini.
(2) Memberikan kesempatn kepada peserta didik untuk mengingat-ingat pengalaman mereka yang tidak terlupakan berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari.
(3) Tanyankan pengalaman apa yang tidak pernah terlupakan, kepada peserta didik, agar terlatih keberaniannya
(4) Sampaikan perkuliahan dengan mengaitkan pengalaman peserta didik tersebut.[25]
2)   Mengomentari Gambar (Poster Comment)
Metode yang digunakan pendidik dengan maksud mengajak peserta didik untuk memunculkan ide apa yang terkandung dalam suatu gambar. Gambar tersebut tentu saja berkaitan dengan pencapaian suatu kompetensi dalam pembelajaran
(a) Teknik pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut:
(1) Pendidik menyediakan potongan gambar yang dihubungkan dengan materi bahasan tanpa ada tulisan apapun dalam gambar tersebut.
(2) Peserta didik disuruh berkomentar dengan bebas secara bergiliran, kira-kira ide apa yang akan dimunculkan setelah melihat gambar tersebut,
(3) Peserta didik boleh mengeluarkan pendapat yang berbeda, karena pikiran manusia juga berbeda-beda.
(4) Pendidik sudah mempersipkan rumusan jawaban yang tepat mengenai gambar tersebut, sehingga peserta didik merasa dapat penjelasan sekaligus dapat juga menyaksikan gambarnya.[26]     
3)   Mencari Pasangan Jawaban (Index Card Matc)
Metode yang digunakan pendidik dengan dengan maksud mengajak peserta didik untuk menemukan jawaban yang paling cocok dengan pertanyaan yang sudah disiapkan.
(a) Teknik pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut:
(1) Siapkan materi yang sudah dipelajari dirumah, atau yang sudah pernah dialami sebagai pengalaman.
(2) Buatlah potongan kertas sejumlah peserta didik dikelas, yang berisi tentang pertanyaan dan jawaban.
(3) Potongan kertas berisi pertanyaan dibagikan kepada separuh jumlah peserta didik, dan yang berisi jawaban juga dibagikan kepada separuh jumlah peserta didik yang hadir.
(4) Peserta didik disuruh mencari pasangan soal dan jawabannya, setelah ketemu suruh mereka duduk berdekatan. Dan mulailah satu persatu membacakan atau mencocokkan soal dan jawabannya, yang lain mendengarkan barangkali ada kekeliruan pasangan.
(5) Pendidik mengoreksi dengan cara mendengarkan dan sekaligus menjelaskan bahwa strategi ini sebagai latihan persiapan ujian akhir atau ulangan.[27]

4)   Mensortir Kartu (Card Sort)
Metode yang digunakan pendidik dengan maksud mengajak peserta didik untuk menemukan konsep dan fakta melalui klasifikasi materi yang dibahas dalam pembelajaran.
(a) Teknik pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut:
(1) Bagikan kertas yang bertuliskan informasi atau kategori tertentu secara acak.
(2) Tempelkan kategori utama dipapan atau dikertas pada dinding kelas.
(3) Mintalah peserta didik untuk mencari temannya yang memiliki kertas atau kartu yang berisi tulisan yang sama untuk membentuk kelompok dan mendiskusikannya.
(4) Mintalah mereka untuk mempresentasikannya.[28]
5)   Peta Konsep (Concept Mapping)
Metode ini digunakan oleh pendidik dengan maksud meminta peserta didik untuk membuat konsep atau kata-kata kunci dari suatu pokok persoalan sebagai rumusan inti pelajaran.
(a) Teknik pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut:
(1) Tentukan topik bahasan hari ini
(2) Suruh peserta didik membaca buku teks yang berhubungan dengan topik bahasan.
(3) Kemudian peserta didik diminta membuat rumusan kesimpulan atau konsep kalimat dalam beberapa paragraf sebagai kesimpulan penting, atau dalam bentuk peta, skema, bagan yang dapat digunakan untuk menjelaskan kesimpulan dari isi bacaan teks tersebut.
(4) Pendidik sudah mempersiapkannya dirumah untuk dikonfirmasi
dengan hasil buatan peserta didik.[29]



6)   Jigsaw
Metode kerja kelompok yang terstruktur didasarkan pada kerja sama dan tanggung jawab. Strategi ini menjamin setiap peserta didik memikul suatu tanggung jawab yang siknifikan dalam kelompok.
(a) Teknik pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut:
(1) Kelas diatur kedalam sejumlah kelompok pangkalan dengan kira-kira enam anggota masing-masing.
(2) Tugas dibagi kedalam jumlah bagian yang sama dengan topik yang berbeda-beda.
(3) Didalam tiap kelompok pangkalan, setiap peserta didik meneliti satu dari isu atau pertanyaan yang berbeda-beda itu.
(4) Kelompok menugaskan tugas khusus untuk anggota-anggota kelompok pangkalan atau membiarkan kelompok berrunding diantara mereka mengenai siapa yang akan melakukan apa.
(5) Apa hasil kesimpulan dari masing-masing topik bacaan tersebut, setelah selesai meneliti dan membacanya. Kemudian peserta didik disuruh menguraikan atau membacakan.[30]     
7)   Curah Pendapat (Brainstorming) dan Seleksi Pendapat (Elisitasi)
Metode ini digunakan pendidik dengan maksud meminta peserta didik untuk mencurahkan pendapatnya atau memunculkan ide gagasan secara lisan. Curah pendapat dapat menjadi pembuka dari sejumlah kegiatan. Kegiatan ini perlu dikendalikan oleh pendidik tetapi tidak membatasi semua gagasan atau pendapat yang muncul dari peserta didik, kemudian dielisitasi atau dipilih jawabannya yang dianggap benar dan cocok.
(a)    Teknik pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut:
(1) Mulailah dengan mengajukan suatu ide atau gagasan.
(2) Peserta didik diminta menuangkan pendapatnya dengan cara menuliskan beberapa kata atau kalimat penting dipapan tulis, benar atau salah ditulis saja.
(3) Setelah ditemukan jawaban dari semua siswa, kemudian siswa diminta untuk menentukan atau mengkategorisasikan manakah dari gagasan-gagasan ini yang disetujui dan tidak disetujui dan mengapa?.
(4) Pendidik atau guru sudah memiliki kata kunci jawaban.[31]
8)      Mencari Informasi (Informasi Research)
Metode yang digunakan oleh guru dengan maksud meminta peserta didik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan baik oleh pendidik maupun peserta didik sendiri, kemudian mencari informasi jawabannya lewat membaca untuk menemukan informasi yang akurat.
(a)    Teknik pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut:
(1) Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab dengan cara mencari informasi dari sumber belajar.
(2) Bagikan pertanyaan tersebut kepada peserta didik untuk dicarai jawaban informasinya lewat sumber belajar.
(3) Sumber belajar bisa berupa buku teks (koran, majalah, televisi, radio, internet, komputer dan lain-lain).
(4) Informasi yang akan dicari diusahakan berkenaan dengan hal-hal yang berhubungan dengan sikap dan perilaku kehidupan sehari-hari.
(5) Peserta didik disuruh menjawab dengan cara kompetisi dan saling melengkapi.
(6) Pendidik memberi respon terhadap jawaban-jawaban siswa.[32]  
9)      Debat Aktif (Active Debate)
Metode ini dapat mendorong pemikiran dan perenungan terutama kalau peserta didik diharapkan mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan keyakinannya sendiri.
(a)    Teknik pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut:
(1) Siapkan sebuah pernyataan yang kontoversial.
(2) Bagi kelas dalam dua tim (pro dan kontra) dapat dikembangkan menjadi lebih dari dua sub kelompok.
(3) Minta setiap juru bicara masing-masing kelompok untuk memaparkan argumentasinya (argumentasi pembuka).
(4) Setelah argumentasi pembuka, hentikan debat dan kembali ke sub kelompok. Setiap sub kelompok memilih jubirnya dan usahakan bergantian (baru).
(5) Lanjutkan kembali debat yang lain dapat memberikan catatan untuk mendukung argumentasi kelompoknya.
(6) Pada saat yang tepat akhiri debat. Tidak perlu menentukan kelompok mana yang menang.
(7) Minta pada peserta didik untuk mengidentifikasi argumen yang paling baik menurut mereka.[33]
10)  Semua Adalah Pendidik Atau Guru (Every One Is Teacher here)
Metode yang digunakan oleh pendidik dengan maksud meminta peserta didik untuk semuanya berperan menjadi narasumber terhadap sesama temannya dikelas belajar.
(a)    Teknik pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut:
(1) Berikan bahan bacaan dan minta peserta untuk membaca bacaan tersebut.
(2) Mintalah setiap peserta untuk membuat pertanyaan dari bahan tersebut dan ditulis dikertas.
(3) Kocoklah kertas pertanyaan tersebut, lalu bagikan kembali kepada semua peserta.
(4) Mintalah peserta untuk membaca dalam hati sambil memikirkan jawabannya dari pertanyaan tersebut.
(5) Panggil secara bergantian peserta untuk membaca pertanyaan dan jawabannya dari pertanyaan tersebut.
(6) Minta peserta lain untuk memberi jawaban.[34] 

11)  Berpikir-Berpasangan-Bertempat (Think-Pair-Share)
Metode Think-Pair-Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan Spencer Kagan. Metode ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari metode ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas.
(a)    Teknik pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut:
(1) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok.
(2) Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri.
(3) Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya.
(4) Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat.[35]
12)  Mencari Pasangan (Make a Match)
Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran, Make a Match merupakan metode belajar dimana siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran, dan untuk semua tingkatan.
(a)    Teknik pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut:
(1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik, yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan jelang tes atau ujian).
(2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
(3) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya pemegang kartu yang bertuliskan nama Kofiannan kan berpasangan dengan pemegang kartu sekertaris jenderal PBB.
(4) Siswa juga bisa bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok. Misalnya, pemegang kartu 3+9 akan membentuk kelompok dengan pemegang kartu 3X4 dan 6X2[36]   
13)  Metode ceramah
adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini senantiasa bagus bila pengunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung alat dan media serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunannya.[37]
(a)  Teknik pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut:
Tahap persiapan
(1)   Merumuskan tujuan yang ingin dicapai
Merumuskan tujuan adalah langkah awal yang harus dilakukan seorang guru. Apa yang harus dikuasai siswa setelah ceramah berakhir.
(2)   Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan.
Keberhasilan ceramah tergantung penguasaan guru pada materi yang akan disampaikan. Oleh karena itu guru harus mempersiapkan pokok-pokok materi yang akan disampaikan.
(3)   Menyiapkan alat bantu
Alat bantu sangat diperlukan untuk menghindari kesalahan persepsi siswa. Misalnya dengan mempersiapkan transparansi.
  Tahap pelaksanaan
(1)   Pembukaan
(a)    Meyakinkan bahwa siswa memahami tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu guru perlu mengemukakan tujuan yang perlu dicapai oleh siswa.
(b)   Melakukan langkah apersepsi, yaitu menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Hal ini dilakukan untuk mempersipakan mental siswa agar siap dan mampu menerima pelajaran secara baik.
(2)   Penyajian
(a)    Menjaga kontak mata secara terus menerus dengan siswa. Kontak mata adalah isyarat dari guru agar siswa mau memperhatikan.
(b)   Menggunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dicerna oleh siswa.
(c)    Menyajikan materi secara sistematis agar mudah difahami siswa.
(d)   Menanggapi respon siswa dengan segera.
(e)    Menjaga agar kelas tetap kondusif dan menggairahkan untuk belajar.
(3) Penutupan
(a)    Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan atau merangkum materi pelajaran yang baru saja disampaikan.
(b)   Merangsang siswa untuk dapat menanggapi atau memberi semacam ulasan tentang materi pembelajaran yang telah disampaikan.
(c)    Melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran yang baru saja disampaikan.[38]
e.    Pengembangan Taktik Pembelajaran
Taktik pembelajaran bisa dikembangkan sendiri oleh setiap guru mata pelajaran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada setiap masing-masing kelas.







f.     Konsep Pengembangan Pembelajaran
 




























C.    ANALISIS

Pengembangan dalam proses pembelajaran memang sangat perlu dilaksanakan, seiring dengan berkembang dan majunya sistem pendidikan, kita harus bisa menyesuaikan diri dengan cara melakukan beberapa pembaharuan dalam proses atau kegiatan belajar mengajar dengan mengembangkan sistem pembelajaran diantaranya adalah pendekatan, model, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran.
Adapun pendekatan, model, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran, sangat berragam macamnya sehingga seorang pendidik harus mampu menentukan mana yang paling tepat digunakan dan sesuai dengan keadaan peserta didik, sehingga kelak tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai dan proses belajar mengajar bisa berjalan dengan lancar dan effisien.
Menurut penulis pendekatan yang paling cocok untuk digunakan pada saat ini adalah Student Centered Approaches, mengingat pendekatan merupakan hal pokok yang harus ditentukan terlebih dahulu sebelum yang lainnya. Pendekatan ini memang sangat cocok digunakan untuk mengembangkan potensi akademik peserta didik, tapi pada kenyatannya masih banyak lembaga pendidikan yang masih menggunakan pendekatan Teacher Centered Approaches, dimana pada pendekatan ini guru lebih banyak berperan dalam proses pembelajaran sedangkan peserta didik lebih banyak menerima atau lebih pasif. Karena pendekatan ini memang cenderung kearah pendekatan yang tradisional dan metode yang sering digunakan pun metode ceramah. Akan tetapi meskipun metode ini terkesan tradisional pendidik masih bisa mengkombinasikannya dengan beberapa strategi dan metode pembelajaran yang bermacam-macam sehingga meskipun terkesan kuno, tradisional tetapi suasana belajar bisa menjadi lebih hidup dan tujuan belajar pun bisa dicapai secara maksimal.

 


D.    KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1.    Pendekatan merupakan suatu langkah awal untuk mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran baik dari pendidik ataupun peserta diidiknya, model pembelajaran ialah, pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial, strategi adalah rancangan serangkaian kegiatan untuk menapai tujuan tertentu; sedangkan metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi, teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode, dan taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu.
2.    Untuk melakukan pengembangan dalam proses pembelajaran dapat dilakukan melalui pengembangan pedekatan yang digunakan, selanjutnya menentukan sebuah model yang sesuai dan merumuskan strategi yang tepat sesuai pendekatan yang digunakan. Sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran, dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode dan dalam menggunakan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan guru yang lainnya.   








DAFTAR RUJUKAN
Administrator1, Metode Pembelajaran Ceramah, (http://www.google.com, diakses tanggal 18 November 2011)
Arini, Model-Pembelajaran-Kooperatif, (http://www.google.com, diakses pada tanggal 17 Nopember 2011)
B, Jaworski, 1994,  Investigating Mathematics Teaching: A Constructivist Enquiry, London: The Falmer Press
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya-PDF, (http://www.google.com, diakses pada tanggal 17 Nopember 2011)
Geer, Kaje Pengertian Model, Strategi, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran, (http://www.google.com, diakses pada tanggal: 17 Nopember 2011)
Lie, Anita, 2002, Cooperative Learning, Jakarta: Grasindo
Sanjaya, Wina, 2005, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Kencana Prenada Media
Sanjaya, Wina,  2009, Perencanaan dan Desain Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Subhani, Armin, Metode Pembelajaran Ceramah, blog-spot.html, diakses pada tanggal 18 November 2011
Sudrajat, Akhmad,  Metodelogi Pembelalajaran (Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran), (http://www.google.com, diakses tanggal: 17 Nopember 2011)
Suprijono, Agus,  2009, Cooperative Learning Teori dan aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Yasin, Fatah, 2008, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, Malang: UIN Malang Press





[1] Jaworski, B, Investigating Mathematics Teaching: A Constructivist Enquiry, (London: The Falmer Press, 1994), hlm. 83
[2] Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm. 163-164
[3] Akhmad Sudrajat, Metodelogi Pembelalajaran (Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran), (http://www.google.com, diakses tanggal: 17 Nopember 2011)
[4] Ibid.,
[5] Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 46
[6] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 61
[7] Akhmad Sudrajat, loc.cit
[8] Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya-PDF, (http://www.google.com, diakses pada tanggal 17 Nopember 2011)
[9] Ibid.,
[10] Ibid.,
[11] Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005), hlm. 101
[12] Ibid., hlm. 100
[13] Fatah Yasin, loc.cit, hlm. 165
[14] Ibid., hlm. 181-182
[15] Arini, Model-Pembelajaran-Kooperatif, (http://www.google.com, diakses pada tanggal 17 Nopember 2011)
[16] Fatah Yasin, op.cit, hlm. 176  
[17] Ibid., 171-172
[18] Ibid., 173-176
[19] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Pembelajaran,  loc.cit, hlm. 189
[20] Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, op.cit, hlm. 106
[21] Ibid., 104-105
[22] Ibid., hlm. 105
[23] Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, loc.cit
[24] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Pembelajaran,  loc.cit, hlm. 191
[25] Fatah Yasin, loc.cit, hlm. 182
[26] Ibid., hlm. 183-184
[27] Ibid., hlm. 184-185
[28] Ibid., hlm. 185
[29] Ibid., hlm. 187
[30] Ibid., hlm. 187-188
[31] Ibid., hlm. 188-189
[32] Ibid., hlm. 189
[33] Ibid., hlm. 189-90
[34] Ibid., hlm. 190-191
[35] Anita Lie, Cooperative Learning, (Jakarta: Grasindo, 2002), hlm. 57-58
[36] Ibid., hlm. 55-56
[37] Administrator#1, Metode Pembelajaran Ceramah, (http://www.google.com, diakses tanggal 18 februari 2011) 
[38] Armin Subhani, Metode Pembelajaran Ceramah, (Blog-spot.html, diakses pada tanggal 18 November 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar